hari penuh kesedihan, rasa haru berbalut luka di saat teman-temanku asyik membuka lembaran catatan perkuliahan namun aku justru sibuk dengan pekerjaan yang belum jua kudapatkan di saat teman-temanku asyik berbicara di atas pena namun aku menari di bawah tinta air mata Dalam hatiku berkata ? bulan ini aku tak kan melanjutkan kuliah sampai tahun depan Aku tak punya uang untuk membayar SPP Aku pantang meminta pada ke dua orang tuaku Aku kerap kali membuat mereka susah, payah, berlinang air mata Ibuku jatuh sakit bulan ini sakit yang dideritanya bermacam-macam mulai dari ringan sampai berat memilukan bahkan dokter mengatakan ibuku harus dioperasi Aku tak tega dengan keadaan ibuku bagaimana mungkin aku meminta padanya sementara ia menahan air mata duka Ayahku hanya seorang wiraswasta belaka dengan gaji tidak seberapa belum lagi ia harus menanggung sekolah adikku yang sampai kini belum jua kunjung mendapat ijazah Dalam hatiku berkata ? biarlah aku membanting tulang bekerja dari pagi hingga petang walau harus bersimbah darah, berpeluh keringat, berlinang air mata Aku tak peduli bagaimana pun aku harus bangkit mencari mahisah demi sebuah cita-cita bahuku terasa berat laksana memikul beban setinggi gunung Mataku mulai berkunang-kunang otot persendianku terasa lemas tiada berisi kepalaku terasa pusing bagai tertimpa sebuah bongkahan batu Terbesit dalam hatiku ? betapa sulit mencari pekerjaan halal dan barokah dari satu tempat sudah kutapaki sudut ke sudut telah ku jelajahi namun nasib baik belum berpihak pada diri Tidak, tidak ! Aku tidak boleh berputus asa dari rahmatNya karena ia Maha gagah, Maha penggenggam rizki hamba-hambaNya Ia tiada mungkin membiarkan hambaNya merengek di depan pintuNya melainkan ia akan segera kabulkan itu semua Memang benar ternyata.... hidup ini laksana mengarungi samudra dunia yang luas membentang Aku meski kuat dan tegar setegar karang di lautan tetap bertahan walau dihantam ombak menghadang, diterpa badai ganas menantang Aku tak boleh tertendang Aku harus maju menjadi seorang pemenang Detik demi detik berlalu, hari berganti hari Alhamdulillah, Allah ’Azza Wajalla mendengarkan doaku Aku diterima sebagai pegawai swasta di perpustakaan nama sekolah itu adalah MTs Guppi sekolahnya sederhana namun tak lekang oleh suasana agama Kepala sekolah bijaksana Guru-guru berwibawa nan berakhlakul karimah Karyawan bersahaja dan siswa-siswa yang ramah tamah semakin membuatku betah di sana Di sekolah ini aku belajar belajar menjadi penyabar walau tak mudah Aku dididik untuk memasang wajah penuh ceria senyum tulus terpatri serta sikap yang jauh dari iri dengki tatkala melayani siswa- siswi yang meminjam buku Di sini aku belajar belajar tentang arti sebuah kedisiplinan bagaimana bisa bangun lebih awal, pagi-pagi tiba di sekolah dan pulang pun harus setia hingga siswa - siswi pulang dari sekolah Di sini aku belajar dari pengalaman pengalaman yang tiada mungkin luput dari benankku senantiasa menari di bola mata-mataku membiaskan warna-warni kehidupan dunia merah, kuning, biru sungguh pengalaman luar biasa Aku belajar darinya teman yang tiada pernah membohongiku senantiasa menemaniku di sela-sela rutinitas aktivitasku menyentuhnya membuat halus jari jemari akrab dengannya memperindah budi pekerti ialah kawan di saat aku kesepian ialah guru di kala aku kebingungan ialah kekasih di tengah aku kegundahan ialah mutiara penyejuk jiwaku yang kering kerontang Jauh dari ketenangan karena dia aku memperloleh segudang pengetahuan Aku belajar darinya Guru-guru kehidupan yang telah membimbingku arti sebuah perjuangan membangunkanku dari tidur panjang meneguhkanku saat diri ini lemah tiada daya Jatuh, putus asa, malas, alpa, terlena, terpuruk berkepanjangan Ia menyibak hikmah dalam setiap episode perjalanan